WHO
mengklasifisikasikan fenomena transgender sebagai penyakit atau kelainan
perilaku orang dewasa. Hal ini bisa dilihat dalam salah satu arsip WHO http://apps.who.int/classifications/icd10/browse/2010/en#/F60-F69. Masalah transgender dimasukan dalam Gender Identity
Disorders . Menilik persepsi tersebut kita bisa menggolongkan
transgender sebagai salah satu penyakit kepribadian yang menyangkut urusan
psikologis seseorang. Di mana para pengidapnya merasakan adanya disorientasi
seksual yang membuatnya berbeda dengan orang kebanyakan. Transgender sendiri
dibagi dalam dua kelompok yaitu transwoman dan transman.
Transwoman
merupakan istilah untuk pria yang mengubah dirinya menjadi wanita. Lili Elbe (1882 – 1931) asal
Denmark merupakan orang pertama yang melakukan operasi transgender pada 1930.
Pria yang bernama asli Einar Wegener Mogens ini kemudian meninggal setahun
setelah operasi karena adanya gangguan pada rahim yang ia tanam dalam tubuhnya.
Sementara itu, transman merupakan
kebalikannya. Laurence Michael Dillon merupakan wanita pertama yang melakukan
operasi pembentukan alat kelamin pria. Lain halnya dengan Lili Elbe yang kurang
beruntung dalam operasinya, Dillon behasil menanamkan hormon testosteron dalam
tubuhnya yang dengan cepat membantu transformasi fisiknya.
Selain
itu, transgender juga erat kaitannya dengan lesbianisme dan homoseksual, di
mana secara umum mereka yang mengidap kelainan ini menyukai sesama jenis.
Lesbianisme terutama sudah mulai ditemui pada abad pertengahan , banyak
dikaitkan dengan gerakan feminisme. Namun, tidak semua kaum feminis setuju
dengan stigma tersebut, sehingga mereka sering disebut lebih spesifik sebagai
kaum feminisme radikal yang membenci kaum pria. Tidak hanya terbatas pada
homoseksual dan lesbianisme, biseksual juga mulai muncul di saat seseorang
merasa bahwa dirinya bisa tertarik pada sesama jenis maupun lawan jenis. Oleh
karena itu, secara umum penyimpangan-penyimpangan seksual tersebut disebut
sebagai LGBT (Lesbian , Gay, Bisexual,
and Transgender).
Keberadaan
mereka memang cukup kontroversial bahkan tabu, tetapi fenomena saat ini
menunjukkan bahwa kini orang tidak memiliki alasan kuat untuk menutup-nutupi
penyimpangan atau kelainan seksual yang dirasakannya. Hal ini ditandai dengan
makin banyaknya orang yang dengan terang-terangan mengakui bahwa dirinya
mengalami disorientasi seksual, bahkan banyak diantaranya yang merupakan public
figure , seperti Lady Gaga, Rihanna, Adam Lambert, Ricky Martin, dan masih
banyak lainnya. Mereka merasa tak ada gunanya menutupi fakta tersebut selain
hanya menyiksa batin mereka untuk terus berpura-pura. Mereka mengaku merasa
lebih lega jika semua orang tahu siapa mereka sebenarnya meskipun mereka adalah
public figure yang hidupnya selalu dimonitor media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar