Selasa, 12 Juni 2012

Kunjungan ke Pondok Pesantren Senin – Kamis khusus Waria, Yogyakarta



Ini dia , sesuatu yang menggugah rasa ingin tahu kita tentang sepak terjang kaum LGBT di Yogyakarta sekaligus sebagai media memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi HAM. Kami menuju ke sana dalam rangka melakukan observasi tentang aktivitas apa saja yang dilakukan oleh para waria di pondok pesantren. Bayangkan waria yang sering dikaitkan dengan hal-hal negatif dan jauh dari esensi agama ternyata memiliki pondok pesantren yang membimbing mereka tentang agama.
Di bawah pimpinan Ibu Mardiani yang juga merupakan salah satu transgender, Ponpes ini telah membentuk suatu komunitas yang secara rutin melakukan pengajian (termasuk belajar baca tulis Al Quran) di rumahnya yang tidak seberapa luas. Di tempat ini, kami melakukan observasi sekaligus pengabdian sebagai bentuk dukungan kita terhadap aktivitas positif yang mereka lakukan. Dan dari perkenalan kami dengan Bu Mardhiyani kami mendapat banyak inspirasi tentang kegigihannya untuk tetap menjadi transgender tanpa melupakan agama dan Tuhan sebagai penuntun hidupnya. Beliau bahkan memiliki anak asuh yang kini sudah memasuki usia sekolah dan ia selalu bersyukur bahwa beliau masih bisa membiayai sekolah putrinya dengan tetap menjalankan ponpesnya ini.
Satu agenda dan impian terbesar yang beliau sampaikan pada kami adalah rencananya untuk menggelar Pengajian Akbar yang melibatkan seluruh waria se-Indonesia. Alhamdulillah yah... :P beliau sudah mendapat sinyal positif dari sponsor dan beberapa pihak terkait untuk mewujudkan impiannya inii. Nah sekarang kita tunggu pengajiannya ya bu.. kami selalu mendukung aksi positif Ibu.. J dan tentu terimakasih atas segala bantuan dan kebaikan Ibu dalam proses pengerjaan tugas kami.

Nasib Transgender di Indonesia?



Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Hal ini jelas menjadi tantangan tersendiri bagi kaum LGBT di negeri ini. Keberadaan mereka merupakan sesuatu yang tidak dapat diterima ajaran agama, terutama Islam, Katolik, dan Kristen. Faktanya jumlah mereka semakin bertambah, dan mulai membentuk komunitas-komunitas tertentu di tingkat daerah bahkan sempat menggelar kongres di kota-kota besar, meskipun belum berhasil mewujudkan kepentingan mereka untuk mendapat pengakuan dan jaminan hak asasi manusia dari pemerintah. Sekali lagi ini bukan perkara mudah mengingat Indonesia merupakan negara yang banyak dipengaruhi pandangan-pandangan agama yang ada, belum lagi Indonesia sejak lama menganut budaya ketimuran yang jelas tidak mengenal gaya hidup semacam itu.
Namun, menurut kelompok kami, alangkah bijaksananya jika kita menilik masalah ini dari kacamata HAM dan prinsip hidup sehari-hari saja. Maksudnya di sini, kami lebih setuju dengan prinsip, “selama mereka tidak mengganggu kita, buat apa kita repot” . Selama ini, kami pribadi tidak pernah mendapat gangguan dari aktivitas kaum LBGT yang ada di sekitar kita. Mereka hidup dengan jalan mereka sendiri sama seperti kita hidup sesuai jalan kita masing-masing. Dengan rasa toleransi dan menghargai , kami merasa kerusuhan akibat kongres – kongres LGBT tak akan terjadi dan hidup ini akan aman. Untuk masalah agama , itu masalah personal masing-masing individu dan Tuhannya, toh kita juga bukan manusia sempurna yang luput dari dosa.

Apa itu Transgender ?



WHO mengklasifisikasikan fenomena transgender sebagai penyakit atau kelainan perilaku orang dewasa. Hal ini bisa dilihat dalam salah satu arsip WHO  http://apps.who.int/classifications/icd10/browse/2010/en#/F60-F69. Masalah transgender dimasukan dalam Gender Identity Disorders . Menilik persepsi tersebut kita bisa menggolongkan transgender sebagai salah satu penyakit kepribadian yang menyangkut urusan psikologis seseorang. Di mana para pengidapnya merasakan adanya disorientasi seksual yang membuatnya berbeda dengan orang kebanyakan. Transgender sendiri dibagi dalam dua kelompok yaitu transwoman dan transman.
Transwoman merupakan istilah untuk pria yang mengubah dirinya menjadi wanita. Lili Elbe (1882 – 1931) asal Denmark merupakan orang pertama yang melakukan operasi transgender pada 1930. Pria yang bernama asli Einar Wegener Mogens ini kemudian meninggal setahun setelah operasi karena adanya gangguan pada rahim yang ia tanam dalam tubuhnya. Sementara itu, transman merupakan kebalikannya. Laurence Michael Dillon merupakan wanita pertama yang melakukan operasi pembentukan alat kelamin pria. Lain halnya dengan Lili Elbe yang kurang beruntung dalam operasinya, Dillon behasil menanamkan hormon testosteron dalam tubuhnya yang dengan cepat membantu transformasi fisiknya.
Selain itu, transgender juga erat kaitannya dengan lesbianisme dan homoseksual, di mana secara umum mereka yang mengidap kelainan ini menyukai sesama jenis. Lesbianisme terutama sudah mulai ditemui pada abad pertengahan , banyak dikaitkan dengan gerakan feminisme. Namun, tidak semua kaum feminis setuju dengan stigma tersebut, sehingga mereka sering disebut lebih spesifik sebagai kaum feminisme radikal yang membenci kaum pria. Tidak hanya terbatas pada homoseksual dan lesbianisme, biseksual juga mulai muncul di saat seseorang merasa bahwa dirinya bisa tertarik pada sesama jenis maupun lawan jenis. Oleh karena itu, secara umum penyimpangan-penyimpangan seksual tersebut disebut sebagai LGBT (Lesbian , Gay, Bisexual,  and Transgender).
Keberadaan mereka memang cukup kontroversial bahkan tabu, tetapi fenomena saat ini menunjukkan bahwa kini orang tidak memiliki alasan kuat untuk menutup-nutupi penyimpangan atau kelainan seksual yang dirasakannya. Hal ini ditandai dengan makin banyaknya orang yang dengan terang-terangan mengakui bahwa dirinya mengalami disorientasi seksual, bahkan banyak diantaranya yang merupakan public figure , seperti Lady Gaga, Rihanna, Adam Lambert, Ricky Martin, dan masih banyak lainnya. Mereka merasa tak ada gunanya menutupi fakta tersebut selain hanya menyiksa batin mereka untuk terus berpura-pura. Mereka mengaku merasa lebih lega jika semua orang tahu siapa mereka sebenarnya meskipun mereka adalah public figure yang hidupnya selalu dimonitor media.

Transgenders? They Could Travel around The World!

Perhaps people always get affraid when they meet transgenders or usually called as Banci.
Here we are gonna take you to the other sides of transgender. Make you all get closer with them by hearing our story during our riset.
The most awesome things that we could reveal here, when one of the transgenders that we had interviewed tell us about her story.
Bu Ruli like we usally call her name. After following her to sing along the road to socialize that transgenders are actually same with us as a human being, we got an opportunity to interview her and hearing her journey travel around Indonesia. Not only that way, but also her journey travel around the world for social works.

There, we couldn't say anything. Bu Ruli told us that she has already moved from one place to other places from Sabang till Merauke. She began her journey from her hometown Sumbawa and travel to Kalimantan, NTT, NTB, Riau, and ended in Yogyakarta. Sometimes we just wondered that she's just as same as another people sing along the road and ask for money. Sometimes people just stereotyped them the ones who are really annoying while they eat or have a chat with friends on road. But reality says different. Not all transgenders just like to disturb people. They could survive on their way by doing social works, helping the NGOs, and some of them praying together.

Bu Ruli is one of that awesome transgenders. We couldn't fled from the reality. The proliferation of transgenders in this world doesn't mean fulfill unecessary people particularly in Indonesia. Bu Ruli as she ever told to us, "Alhamdulillah saya juga sudah pernah ke Belanda dan Jepang untuk bantu-bantu kerja sosial". Wow, kinda awesome! Hearing her journey we just could open up our mouth unconditionally. Bu Ruli is obviously awesome. She has already travelled around the world. Touchdown Europe and one of East Asia big economic countries.

Conclusion is sometimes people just think about others by their cover. Transgenders who are just starred by an eye couldn't make them freely to do something. People say 'different' for them. They couldn't get their rights to placed in formal sector like other people got. Based on Bu Ruli story, we just could say to all the readers, "See that we are all the same as human being. We are all the same to attain our well-being. Right?". So, don't be affraid and let them as a part of us :D

Minggu, 10 Juni 2012

Video LGBT Yogyakarta


Video mengenai observasi lapangan LGBT yang kami lakukan :)

Video Link

Here is the link for our video that has been made for the Human Right class. Sit back, relax, enjoy, and understand the meaning :) 

 

Welcome to Our Brand New Blog about LGBT :)

Hello visitors, viewers, blog-adventurers, and bloggers.... 

Selamat datang di blog baru yang berisi konten - konten tentang isu yang terjadi di lingkungan kita dan terkait masalah HAM, LBGT (Lesbians, Bisexual, Gay, Transgenders). Seperti yang kita semua tahu, banyak sekali stereotype dan stigma negatif tentang mereka. Padahal apabila dilihat lebih dalam dan timbul niat keinginan kita untuk mengetahui kehidupan mereka lebih jauh, maka kita akan tahu kalau mereka tidak seburuk ekspektasi kita.

Isi blog ini akan lebih fokus mengenai kehidupan para LGBT khususnya dalam lingkup kota Yogyakarta. Feel free to ask further or give comments about the contents or anything related to the issue! :)

Selain sebagai bentuk advokasi kita dan terkait dengan riset mengenai kelas Pengantar Studi HAM pada jurusan Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada, blog ini dapat terealisasi berkat keinginan founding fathers dari blog ini untuk merestruksturisasi atau paling tidak mengarahkan masyarakat agar melihat isu tentang LGBT sebagai bagian dari isu HAM dan terkait dengan kehidupan kita semua sebagai manusia.

This blog is officially made to advocate the people, especially in Yogyakarta to see LGBT that exist around them as human being.